Jumat, 01 Mei 2020

VIDEO PPDB ONLINE SD N WATES TH. 2020/2021



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Alhamdulillah semoga tetap selalu diberikan kesehatan, kemudahan and sooo pastinya tetap semangat ...

SDN WATES !!! CERYA ... Cerdas Berbudaya ... Yess!!
Mengembangkan Kompetensi putra putri Bangsa menjadi Generasi Taqwa, Mandiri, Cerdas dan Berbudaya

OK sobat semua dimanapun kalian berada dan tentunya Bapak/ibu Peserta didik, Bapak/Ibu guru semua...
kali ini SDN Wates akan menginfokan bahwasannya .....

SD Negeri Wates telah Membuka Pendaftaran Peserta Didik Baru untuk tahun ajaran 2020/2021.

Walaupun tetap dirumah or Stay at home Bapak/Ibu bisa mendaftarkan putra putri tercintanya ke SDN Wates lhoo ya.

CARANYA GIMANA???

Kirimkan Identitas Putra Putri Bapak/Ibu

👩‍💻 Dengan ketik Format :
Nama :
Tempat, Tgl Lahir :
Alamat :
Nama Wali :
No. HP :

📱 Lalu kirim ke No di bawah ini 👇

IMAM SOPINGI : 081 335 857 948
JUMIAH : 082 231 694 847
NURJANAH : 082 142 999 573
SYAIFUL ANHAR : 085 655 764 595
WIWIK WIKANINGSIH : 085 646 332 225

atau bisa juga daftar melalui formulir online ... Klik Link di bawah ini :

https://bit.ly/Formulirppdbsdnwates

atau SCAN QR QODE yang ada di foto


Jangan lupa kunjungi juga website SDN Wates :
https://sdnwates.blogspot.com/
Email : sdnwates@gmail.com

Terimakasih...
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Stay at home !! Daftar dari rumah saja ..

#stayathome #ppdbmudah #ppdbonline #ppdbsdnwates #ppdbsd #ppdbtulungagung
#PPDBONLINE #PPDBSDNWATES #PPDBMUDAH #SDNWATES #STAYATHOME

Rabu, 29 April 2020

PPDB SDN WATES TAHUN PELAJARAN 2020/2021


PPDB SDN WATES TAHUN PELAJARAN 2020/2021




Ingin mendaftar sebagai peserta didik di SD N Wates tanpa harus datang ke sekolah, bisa banget ya...
caranya Bapak/Ibu bisa mengklik alamat link di bawah ini, lalu isikan identitas peserta didik sesuai dengan isiannya. 

Persyaratan :
1. Isi Formulir Online
2. Siapkan KTP Ayah dan Ibu (Scan)
3. Siapkan KK (Scan)
4. Siapkan Kartu KIS/KIP/PKH (Scan) jika memiliki

Info Pendaftaran bisa menghubungi Contac Person dibawah ini:
Syaiful Anhar : 0856 5576 4595
Hamim Asrori : 0858 0411 2229
Anik Indrawati : 081 235 862 100
Wiwik Wikaningsih : 0856 4633 2225
Kiki Faridamayanti : 0858 9554 5257
Nurjanah : 0821 4299 9573

Atau 

Klik Link di bawah ini untuk mendaftar ya.....
 


atau bisa SCAN QR CODE di bawah ini dengan menggunakan aplikasi di hp "QR CODE"


Senin, 03 Maret 2014

EKSTRAKURIKULER TAMBAHAN DI SDN WATES

EKSTRAKURIKULER TAMBAHAN DI SDN WATES SETAHUN TERAKHIR

Kegiatan di SDN Wates sangat beragam mulai dari Pramuka, Band, Tari, Reog, Drumband, Music dan masih banyak yang lainnya. Disini saya akan mendokumentasikan beberapa foto yang saya rangkum dalam bentuk Banner di SDN Wates.

DRUMBAND 
Drumband di SDN Wates sudah mengalami pergantian pemain. Gambar para pemain drumband di SDN Wates yang berganti pemainnya dari Mayoret, Gita Pati, Pemukul dll.





















MUSIC 
Salah satu peralatan yang dimiliki oleh SDN Wates diantaranya Alat band.




REOG




Reog Tulungagung merupakan gubahan tari rakyat, menggambarkan arak-arakan prajurit Kedhirilaya tatkala mengiringi pengantin “Ratu Kilisuci“ ke Gunung Kelud, untuk menyaksikan dari dekat hasil pekerjaan Jathasura, sudahkah memenuhi persyaratan pasang-girinya atau belum. Dalam gubahan Tari Reog ini barisan prajurit yang berarak diwakili oleh enam orang penari.

Yang ingin dikisahkan dalam tarian tersebut ialah, betapa sulit perjalanan yang harus mereka tempuh, betapa berat beban perbekalan yang mereka bawa, sampai terbungkuk-bungkuk, terseok-seok, menuruni lembah-lembah yang curam, menaiki gunung-gunung, bagaimana mereka mengelilingi kawah seraya melihat melongok-longok ke dalam, kepanikan mereka, ketika “Sang Puteri“ terjatuh masuk kawah, disusul kemudian dengan pelemparan batu dan tanah yang mengurug kawah tersebut, sehingga Jathasura yang terjun menolong “Sang Puteri“ tewas terkubur dalam kawah, akhirnya kegembiraan oleh kemenangan yang mereka capai.
Semua adegan itu mereka lakukan melalui simbol-simbol gerak tari yang ekspresif mempesona, yang banyak menggunakan langkah-langkah kaki yang serempak dalam berbagai variasi, gerakan-gerakan lambung badan, pundak, leher dan kepala, disertai mimik yang serius, sedang kedua tangannya sibuk mengerjakan dhogdhog atau tamtam yang mereka gendong dengan mengikatnya dengan sampur yang menyilang melalui pundak kanan. Tangan kiri menahan dhogdhog, tangan kanannya memukul-mukul dhogdhog tersebut membuat irama yang dikehendaki, meningkahi gerak tari dalam tempo kadang-kadang cepat, kadang-kadang lambat. Demikian kaya simbol-simbol yang mereka ungkapkan lewat tari mereka yang penuh dengan ragam variasi, dalam iringan gamelan yang monoton magis, dengan lengkingan selompretnya yang membawakan melodi terus-menerus tanpa putus, benar-benar memukau penonton, seakan-akan berada di bawah hipnose.




Busana penari adalah busana keprajuritan menurut fantasi mereka dari unit reog yang bersangkutan. Di Tulungagung dan sekitar, bahkan sampai di luar daerah Kabupaten Tulungagung, sekarang sudah banyak bersebaran unit-unit reog sejenis, dan mereka memiliki seleranya masing-masing dalam memilih warna. Unit-unit yang terdiri dari golongan muda usia, biasanya memilih warna yang menyala, merah misalnya.
Sebuah unit reog dari desa Gendhingan, Kecamatan Kedhungwaru, Kabupaten Tulungagung, beranggotakan orang-orang dewasa, bahkan tua-tua. Mungkin karena kedewasaannya itu mereka sengaja memilih warna hitam sebagai latar dasar busananya, sedang atribut-atributnya berwarna cerah. Busana itu terdiri atas:

  1. Baju berlengan panjang, bagian belakang kowakan untuk keris. Sepanjang lengan baju diberi berseret merah atau kuning, juga di pergelangan.
  2. Celana hitam, sempit, sampai di bawah lutut. Di samping juga diberi berseret merah memanjang dari atas ke bawah.
  3. Kain batik panjang melilit di pinggang, bagian depan menjulai ke bawah. Sebagai ikat pinggang digunakan setagen, kemudian dihias dengan sampur berwarna.
  4. Ikat kepala berwarna hitam juga, diberi iker-iker (pinggiran topi) tetapi berbentuk silinder panjang bergaris tengah 3 cm, dililitkan melingkari kepala. Warnanya merah dan putih.
  5. Atribut-atribut yang dipakai:
  6. kacamata gelap atau terang;
  7. sumping di telinga kanan dan kiri;
  8. epolet di atas pundak, dengan diberi hiasan rumbai-rumbai dari benang perak;
  9. sampur untuk selendang guna menggendong dhogdhog;
  10. kaos kaki panjang.

Busana yang dikenakan oleh unit reog dari golongan muda usia, tidak jauh berbeda, hanya warna mereka pilih yang menyala, disamping hiasan-hiasan lain yang dianggap perlu untuk “memperindah“ penampilan, misalnya rumbai-rumbai yang dipasang melingkar pada iker-iker. Dalam pada itu pada kaki kiri dipasang gongseng, yaitu gelang kaki yang bergiring-giring. Tentang gamelan yang mengiringi dapat dituturkan sebagai berikut. Keenam instrumen dhogdhog, sebangsa kendhang atau ketipung, tetapi kulitnya hanya sebelah, yang ditabuh oleh penarinya sendiri, terbagi menurut fungsinya: dhogdhog kerep, dhogdhog arang, timbang-timbangan atau imbalan, keplak, trentheng dan sebuah lagi dipukul dengan tongkat kecil disebut trunthong. Di luar formasi ini ditambah dengan tiga orang pemain tambahan sebagai pemukul kenong, pemukul kempul, dan peniup selompret. Kenong dan kempul secara bergantian menciptakan kejelasan ritma, dan selompret membuat melodi lagu-lagu yang memperjelas pergantian-pergantian ragam gerak.
Berbeda dengan Reog Tulunggung yang ada di desa Gendhingan, pada reog sejenis di desa Ngulanwentah, Kabupaten Trenggalek, si penabuh kenong tidak mengambil tempat kumpul bersama kedua rekannya penabuh, melainkan ikut di arena, walaupun tidak menari, hanya mondar-mandir, atau berjalan keliling, atau menyelinap di antara keenam penrinya, sembari memukul kenong yang diayunkan ke depan dan ke belakang. Ia pun mengenakan busana serupa dengan busana penari, hanya dengan warna lain, dan tanpa iker-iker pada ikat kepalanya.
Lagu-lagu pengiringnya dipilih yang populer di kalangan rakyat, misalnya Gandariya, Angleng, Loro-loro, Pring-Padhapring, Ijo-ijo, dan lain-lain. Terdapat kecenderungan pada reog angkatan tua, (khususnya yang ada di desa Gendhingan), untuk menggunakan irama lambat dan penuh perasaan, yang oleh angkatan mudanya agaknya kurang disukai. Mereka, angkatan muda ini, lebih senang menggunakan irama yang “hot”, sesuai dengan gejolak jiwanya yang “dinamik”. Dalam hal ini AM Munardi menuliskan tanggapannya sebagai berikut:
Legendanya tarian itu mengiring temanten. Memang peristiwa ritual kita pada masa lampau tidak terlepas dari existensi tari. Sampai sekarang Reog Kendhang (= Reog Tulungagung, S.Tm.) juga sering ditampilkan orang dalam kerangka pesta perkawinan atau khitanan.
Dalam perkembangan akhir-akhir ini kemudian dipertunjukkan dalam pawai-pawai besar untuk memeriahkan hari-hari besar nasional. Untuk kepentingan yang akhir inilah kemudian orang membuat penampilan tari Reog Kendhang identik dengan “drum-band”. Maka gerak-gerik yang semula dirasa refined dan halus, cenderung dibuat lebih keras dan cepat. Derap-derap genderang ditirukan dengan pukulan-pukulan dhogdhog. Terompet bambu-kayu semacam sroten itu pun ditiup dengan lagu-lagu baru. Akibatnya musik diatonis itu pun dipaksakan dalam nada-nada pelog pentatonis.
Dalam timbre yang tak mungkin berkualitas sebuah drum-band modern, maka cara seperti itu menjadi berkesan dangkal. Pada suatu kesempatan menonton pertunjukan Reog Kendhang di Desa Gendhingan, Kecamatan Kedhungwaru, Tulungagung, maka terasa benarlah bahwa proses penampilan Reog Kendhang yang pada umumnya dipopulerkan oleh para remaja itu cenderung menuju pendangkalan.
Penampilan oleh para penari golongan tua di desa tersebut terasa benar bobotnya. Geraknya yang serba tidak tergesa-gesa lebih memperjelas pola tari yang sesungguhnya cukup refined. Kekayaan pola lantainya terasa benar menyatu dengan lingkungan.
Memperbandingkan Reog Kendhang di Gendhingan ini dengan Reog Kendhang para remaja pada umumnya menjadi semakin jelas adanya keinginan untuk tampilnya garapan-garapan baru, tetapi tidak dimulai dengan pendasaran yang kokoh. Ya, kadang-kadang orang terlalu cepat mengidentikkan arti “dinamika” dengan gerak yang serba keras dan cepat.







Minggu, 05 Januari 2014

MEMASUKI TAHUN BARU 2014 DIAWALI DENGAN UPACARA BENDERA DI HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2013/2014

Selamat Tahun Baru 2014 Semoga kedepannya bertambah Sukses, Jaya dan lancar selalu, Amien.....
Nahhh.... kali ini saya akan memposting kegiatan apa saja yang mengawali di Tahun baru di SDN Wates, Kec. Sumbergempol, Kab. Tulungagung. Setelah libur semester 1 hampir selama 2 mingguan. Pada Hari Senin tanggal 06 Januari 2014 awal masuk pelajaran, walaupun disertai mendung dan gerimis Kami segenap keluarga SDN Wates melakukan Upacara Bendera bersama-sama dengan Semangat '45 sobat......

Semangat............!!!!!!!

Ini ada beberapa foto kegiatan pelaksanaan Upacara Bendera sobat.




Rabu, 30 Oktober 2013

BIMTEK PENGAWASAN DUKUNGAN PERPUSTAKAAN TINGKAT LANJUT

Dalam rangka merealisasi program tentang Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, maka pada tanggal 29 - 30 Oktober 2013, Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung mengadakan Kegiatan "BIMTEK PENGAWASAN DUKUNGAN PERPUSTAKAAN TINGKAT LANJUT" yang bertempat di STKIP PGRI Kab. Tulungagung, dan diikuti oleh peserta dari perwakilan masing-masing instansi SD/SDI se-Kab. Tulungagung sebanyak 100 SD. Di akhir acara penutupan semua peserta diajak untuk terjun langsung ke Perpusda daerah untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan bahan pustaka (inventarisasi, stempel, pemberian kelengkapan buku sprti memberi label, kantong buku, memberi sampul) - sampai bahan pustaka siap untuk dipajang/layankan - proses peminjaman - pengembalian. Yang mana Perpusda sudah menggunakan OTOMASI PERPUSTAKAN. Kegiatan Bimtek ini memberi manfaat banyak bagi saya pada khususnya, dan bagi para pengelola perpustakaan lain pada umumnya. Karena memberi tambahan pengetahuan tentang tata cara pengelolaan perpustakaan yang benar.

Berikut beberapa dokumentasi foto yang sempat saya ambil dari beberapa acara kegiatan:

 Upacara Pembukaan 





 Praktek di Perpustakaan Daerah Tulungagung






Kamis, 24 Oktober 2013

PERESMIAN GEDUNG PERPUSTAKAAN SDN WATES

Peresmian gedung Perpustakaan SDN Wates diresmikan pada tanggal 17 Oktober 2013, yang dihadiri oleh Pengawas/Penilik dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sumbergempol dan seluruh wali murid beserta Guru dan staff sekolah. Dalam acara tersebut sekaligus juga sambil merayakan HR. Idul Adha.

Peresmian gedung perpustakaan sekolah diramaikan oleh sejumlah kegiatan pentas seni, diantaranya menyanyi, drumband, dan reog. Banyak siswa di SDN Wates yang memiliki bakat menyanyi dari Kelas 2 sampai kelas 6, para siswa berantusias meramaikan acara tersebut. Walaupun acara yang dilaksanakan terbilang sederhana. Namun sangat meriah.

Sekilas Foto Kegiatan dalam Acara Peresmian Gedung Perpustakaan SDN Wates.








PERPUSTAKAAN SDN WATES SUMBERGEMPOL

Foto Ruang perpustakaan SDN Wates
Halaman Depan SDN Wates


Pintu masuk Perpustakaan 

Bahan Pustaka ditata sesuai Klasifikasi DDC